By Cahyo Budiman
Kasus 1 :
Ulil menyebutkan dengan keras bahwa fatwa pengharaman pluralisme dan
liberalisme oleh MUI adalah makna bahwa MUI tidak menghargai demokrasi
respon :
bukankah dalam demokrasi di bebaskan untuk berpendapat, jadi sah-sah saja
donk orang mau ngomong apa tentang liberalism, termasuk untuk
mengharamkannya....toh demokrasi juga membiarkan ulil dan konco2nya
'memfatwakan' itu sebagai paham yang 'lurus' dan 'sah'...nah kalo sekarang
ada yang bersebrangan, kenapa mereka malah mencaci maki, jadi siapa yang
tidak menghargai demokrasi ??? hematnya dalam sebuah demokrasi yang matang,
pendapat ulil dan MUI sah2 saja beredar di negeri ini....
jelas bukan, betapa sistem telah menetapkan standar ganda dengan mengaburkan
batasan mana fatwa yang patut di ikuti dan tidak....semuanya dibiarkan
beredar..sementara fatwa MUI yang notabene barisan ulama seperti penjaga
garis saja...bukan wasit yang memegang peluit yang berhak menyatakan
bersalah tidaknya seorang pemain.....
apa yang kita harapkan dari sistem ini kalao begitu thdp tegaknya Islam....
Kasus 2 :
wawancara di radar bogor Hidayat Nurwahid menyatakan secara tegas, : Niatpun
tidak ada untuk mendirikan negara Islam....
Respon:
masya Allah....bukannya Islam itu jaya dengan syariah...dan bukankah syariah
akan tegak jika dinaungi dalam sebuah daulah (negara)....hukum Islam adalah
pencegah dan penebus...bagaimana mungkin seorang muslim yang mencuri bisa
menebus dosanya jika hukumannya tidak syar'i karena sistem dan negara tidak
menopang....
lalu apa yang beliau perjuangkan selama ini...yang katanya menggembor2kan
nilai-nilai Islam....sementara nilai Islam termaktub dalam syariah...dan
(sekali lagi) syariah mustahil tegak tanpa daulah..tanpa di dukung sistem
yang kompatibel.......
Kasus 3:
masa PKS melawan putusan PN Jawa Baarat yang menganulir kemengan Nur Mahmudi
Ismail dalam Pilkada Depok...
Respon 3:
saudaraku...itulah demokrkasi..bukan yang benar yang menang..tapi yang
banyak...majority suaranya..majority intervensinya terhadap
regulasi...kenapa harus marah ?? bukankah resiko itu harus di ambil ketika
sudara-sudara msuk dalam sistem seperti ini...
kalau ingin memenangkan nilai-nilai kebenaran yang di usung
sudara-saudara...demokrasi bukan sebuah wadah yang tepat..karena di sini
sauadara di tuntut untuk mendapat majority..majority..majority..dan
majority.....apapun substansi yang sudara bawa...salah atau benar....
Kasus 4:
Abdurahman Saleh (Jaksa Agung) kebingungan saat ditanya mengenai tindakan
hukum yang akan diambil pemerintah thdp jamaah ahmadiyah (Metro TV, 2
Agustus 2005). beliau menyatakan bahwa harus dipisahkan antara hukum positif
dengan fatwa MUI..karena dua hal tsb berbeda di negara kita
Respon 4:
saya sekarang mengajukan pertanyaan kepada teman2 semua....
jika ada seorang dintara kita murtad...kita ditugaskan untuk memerintahkan
untuk bertobat..jika gagal maka bunuh lah dia....
nah...apa yang anda pilih..saat seseorang tsb tidak mau bertobat dan
bersikukuh 'harakah'nya benar..maka tidak ada kata lain : Bunuh !!! tapi
tentu kita akan 'ngeri' bukan ketika melakukan hal tsb, karena hukum positif
justru melarang kita untuk membunuh....sementara dalam Islam kita dibenarkan
untuk membunuh ?? aturan mana yang akan dipakai ???
kini..ulama sudh menetapkan fatwanya bahwa ahmadiyah sebagai gerakan
sesat...secara syar;i kita dibenarkan mengadakan tindakan perlawanan thdp
mereka...tapi apa mau dikata : hukum positif melarang kita berbuat seperti
itu....kontradiktif !!
masihkah berharap bahwa sistem negara ini akan mendorong tegaknya hukum
Allah..........
wallahu a'lam bi shawab.....
salam
(bersambung..insya Allah)
ini sedikit cerita tentang petinggi-petinggi kita di negeri antah berantah..
alkisah, sekelompok anak muda dengan segala jerihnya dan lembur kopi
hitamnya berhasil memasukan proposal bersaing dengan lembaga
lainnya.....proposal itu akhirnya keluar sebagai pemenang...dan kegiatan di
dalam nya siap di danai sang donor dengan dana tidak tanggung-tanggung....
1/2 M !!! luar biasa bagi sekelompok anak muda tersebut...maka tak heran,
meski dana belum turun, kontrak belum di teken, mereka berani menggelar
syukuran sesama anggotanya di suatu tempat makan...
semuanya berjalan lancar hingga pre work sudah mulai dilaksanankan....
hingga seminggu menjelang kontrak di teken dan dana akan meluncur...ada
kabar yang membuat jengah....
konon pekerjaan yang harus di lakukan oleh tim muda itu adalah mengevaluasi
penyaluran dana departemen ttt kepada msyarakat..apakah tepat sasaran atau
ada penyelewengan... dengan dana yang akan di pantau mancapai triliunan
rupiah...
terdengar kabar pula bahwa proposal tim muda tsb diterima karena mengajukan
metode dengan dana termurah (1/2 M masih murah ??...gileee aje...)
pekerjaan dengan tekanan yang cukup berat....tapi rupanya tim muda tidak
merasa tertekan dan takut..hingga suatu saat ada undangan untk audiensi...
singkat cerita dalam audiensi tersebut diharapkan tim muda merobah
pengambelan sampel dengan sampel yang telah ditetapkan pemerintah...dengan
gaya birokrat mereka menjelaskan alasan prubahan sampel tsb...mereka juga
dengan senang hati bisa menyediakan dana tambahwa 50% dari dana
semula....(seharga BMW yang baru..busyet),...tim muda rupanya mecium gelagat
tidak beres lalu meminta satu mingu delay untuk membicaraknnya secara
internal...
dalam rapat intrenal...tim melakukan analisis singkat denan sampel yang
dipilih pemerintah..ternyta : SAMPEL TERSEBUT mulus datanya.....sementara
sampel lain memang ada masalah dengan data....kesimpulan tim : pemerintah
memintah hasil analisanya jelas : TIDAK ADA KEBOCORAN DANA !!!
tim langsung membentuk nota ketidaksetujuan dengan metode tsb..dan ngotot
dengan metode yang disusun tim karena secara ilmiah lebih akuntabel....
surat pun melayang,..hingga kemudian tim di unadang kembali untuk diskusi...
dalam diskusi terjadi perdebatan cukup sengit....sangat baik di ambil contoh
oleh mahasiswa yang sedang berkutat di Rancangan Percobaan dan statistik
karena isi perdebatan berkisar pada masalah metode dan analisa
data.....argumennya terasa semuanya valid....untungnya tim muda membekali
diri dengan kerangka ilmiah yang sangat kuat dan tajam...hingga akhirnya
perdetana makin memenangkan tim muda....apalagi di belakang tim muda banyak
tokoh2 senior yang masih berfikir jernih menguatkan argumen2 tsb...
tapi diskusi tidak difinalkan...pihak birokrat mendelay untuk mempelajari
kembali metode tim...apalagi setelah tim mengemukakan hasil pre work, bahwa
lebih dari 30% propinsi mengalami kebocoran dana..jumlah yang luar
biasa...karena bisanya toleransi kebocoran maks 5% saja....
tim sendiri sudah bisa memperkirakan hasilnya tanpa harus turun lapang
sebenarnya karena (kesalahan ??) pihak pemberi dana yang memberi data begitu
lengkap dan sempurna kepada tim..dan tim berhasil mengobral abrik data
tersebut....
kita harus jujur !! begitu yang diteriakan tim dalam ruangan tersebut....dan
kejujuran ilmiah adalah menggunakan metode yang akuntabel secara ilmiah,
bukan mengarah-ngarahkan atau mengada-ngada....
dua minggu berlalu ...tim muda mendapatkan surat cukup menyentakan...dengan
alasan metode bisa dikecilkan...dana diputuskan dikurangi hingga 200 jt an.
tim tidak bermasalah. tapi yang menjadi masalah bagi tim adalah keharusan
menandatangani kontrak senilai 1/2 M,..bukan 200 jt !!! konon karena harga
kontrak 1/2 M yang sudah masuk dalam DIPA depkeu.......tim pun ribut :
kemana 300 jt lainnya !!??? dikembalikan atau dikantongi..kalau dikembalikan
mstahil DIPA tidak direvisi sehingga kontrak dengan nilai semestinya...bukan
bermaksud berburuk sangka...tapi memang ada aroma penggelapan....
Tim menghela nafas...... rapat pun terasa penuh dengan rasa penat yang tidak
tertutupi semangat di awal......
begitu beratkah menegakan kejujuran di negeri itu ????????? apa arti 1/2 M
bagi departemen yang berbudget triliunan rupaih hingga masih mau mengkrorup
???????
waktu berlalu,...dan surat penolakan menandatangani pun dilayangkan oleh
tim...
hingga detik ini,...tim muda dengan idealisme mudanya masih menunggu dengan
sabar jawaban para birokrat...meski marah, kesal dan emosi berbaur menjadi
asap-asap kasat yang membumbung menutupi rang2 kepala mereka....
semoga masih ada sedikit nurani di negeri itu...
dan semoga tidak terjadi di negeri kita bernama Indonesia !!!!!!!
salam...
No comments:
Post a Comment