Adi Rosadi
Jakarta – Duta besar Republik Islam Iran, Behrooz Kamavandi, selasa siang (2703/2007) bertemu PP Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta. Pertemuan ini praktis membahas persoalan jatuhnya Resolusi Dewan Keamanan PBB tentang program Nuklir Iran. PP Muhammadiyah diwakili Din Syamsudin, Goodwil Zubir dan Abdul Mu’ti dengan didampingi Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Izul Muslimin dan wakil dari IRM dan IMM. Tampak hadir pula wakil ICMI, KAHMI dan Pelajar Islam Indonesia (PII).
Pada pertemuan tersebut Behrooz mengungkapkan kekecewaannya kepada Dewan Keamanan PBB yang dianggapnya tidak adil, dimana Indonesia juga sebagai anggota tidak tetap lembaga dunia tersebut. Sejatinya program nuklir Iran awalnya didukung oleh Amerika, sebelum revolusi di Iran. Kini ketika dikembangkan untuk kemanusiaan, dianggap Amerika berbahaya dan sekarang menjadi sponsor utama dikeluarkannya resolusi tersebut. Dianggap Behrooz hal ini diluar kebiasaan, karena yang menentukan apakah program nuklirnya berbahaya atau tidak bukan Dewan Keamanan PBB, namun IAEA.
Pada akhir pertemuan PP Muhammadiyah, yang disampaikan oleh Din Samsudin, menyampaikan kekecewaannya atas keluarnya keputusan Resolusi dari DK PBB dengan dua alasan, yaitu:
- Seharusnya Resolusi keluar bukan dari PBB yang notabene merupakan lembaga perdamaian dunia dan juga PBB diharapkan bisa menghormati hak asasi bangsa Iran dalam penggunaan tenaga nuklirnya untuk perdamaian.
- Pemerinah Indonesia (yang mayoritas penduduknya beragama islam) seharusnya ber simpati dan ber empati atas keluarnya Resolusi PBB tersebut, bukan justru mendukung atas di keluarkannya resolusi tersebut, dan juga seharusnya menjadi penyeimbang dalam proses perdamaian dunia bukan sebagai pelaku dari skenario yang di buat oleh negara-negara besar, seperti AS dan Inggris. (arif)
No comments:
Post a Comment